Love, Dating, and Sex Tips from Siluman Harimau and Friends

Siluman Pengungkap Realita Romansa

Apakah “Break” Itu Solusi? by @KeiSavourie

Ini ada beberapa twit bermutu dari @KeiSavourie tentang “Break”. Break ga cuma di pacaran lho. Analisa break sebagai cara menyelesaikan masalah juga bisa diterapkan di bidang lain.

Suka lucu kalo ngedenger kasus pacaran yang kalo berantem terus ada “break” dulu. Pacaran kok bisa cuti?

Masalah dalam hub hanya bisa selesai kalo dihadapi dan diberesin, bukan dengan “break”!

“Break” itu cuma kata lain dari: “Aku sebenernya mau putus tapi belum berani, jadi kita putus percobaan aja dulu.”

Berapa banyak sih pasangan yang abis “break” beneran baikan? Yang ada malah “break-up” beneran 🙂

Bagus, abis boker emosi reda 🙂 RT @AllyXavier@KeiSavourie gue beda, kalo lagi berantem gue sering bilang “gue BERAK dulu” 😀

@KeiSavourie RT @SourCherie “Break” itu sebenernya sambil cari-cari lagi, kalo udah dapet pengganti, baru deh putus. Sekedar gak pengen jomblo aja.

Kei Savourie ‏No, it’s not.. RT @DenniSunusi@keisavourie sometime it’s necessary ko, so people can learn the true value of their partner

Banyak pikir “break” itu perlu supaya kita bisa belajar menghargai pasangan dan hubungan. SALAH BESAR!

Justru “break” adalah tanda gak menghargai pasangan dan hub. Lari dari masalah dan berharap jarak yg menyelesaikannya.

Kalo sungguh menghargai pasangan dan hub, maka kamu akan berusaha untuk selesaikan masalah. Bukannya malah “break” 😐

@KeiSavourie Gak perlu pake istilah “break”, cukup gak kontak aja 2-3 hari. RT@JsscAndriani@KeiSavourie kalau buat introspeksi diri masing2?
@KeiSavourie Sama kayak sakit typhus cara ngobatinnya beda-beda? RT@ItzMeKira@KeiSavourie itu kan menurut u bro.. Problem solving org beda” loh
“Tiap hub kan beda, jadi tiap pasangan punya cara menyelesaikan masalah yang beda..” | ini sebuah miskonsepsi umum.
Ketika menganalisa sebuah masalah romansa, hampir mirip dengan seorang dokter mendiagnosa penyakit.
Pertama, liat gejalanya apa. Setelah itu cari sumber penyakitnya, lalu kasih obat untuk memberantas sumber penyakitnya.
Gejala: suhu badan turun naik. Hasil cek darah: Typhus. Sebabnya: bakteri Salmonella. Kasih obat: pembunuh bakterinya.
Gejala: susah move on. Setelah dicek, penyebabnya: masih suka kontak sm mantan. Solusinya: stop kontak sm mantan.
Solusi sebuah masalah bergantung pada akar dan sumber masalah tersebut. Kalo sumbernya sama, solusinya juga sama.
“Tiap orang punya solusi yang beda, Kei!” | Kalo sumber masalahnya sama, ya solusinya juga sama. Gimana bisa beda? #duh
Kalo kamu kena typhus apa kamu bisa minum obat terserah yang mana aja? Kan tiap orang beda solusinya..
Nah, saya kasitau bahwa “break” BUKAN solusi mengatasi masalah hub. Karena “break” justru menjauh dari masalah.
Istilahnya, “break” itu kayak ngebiarinin orang sakit typhus dan bilang, “Udah biarin aja, ntar juga sembuh sendiri..”
Yap, itu dia twit tentang “break”. So, masih mau make “break” sebagai solusi masalah2mu? Atau justru “break” tidak layak disebut solusi? It’s your choice, bro 🙂

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar